Beranda

https://imamahlearn.blogspot.com/

Karakteristik Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Siddiq



Abu Bakar Ash-Siddiq
    Nama lengkap Abu Bakar yaitu Abdullah bin Usman bin „Amir bin „Amru bin Ka‟ab bin Sa‟ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy al-Tamimi. Dan dikenal dengan Abd al-Ka‟bah di masa Jahiliyah. Nasabnya dengan Rasulullah SAW bertemu pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim. Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim.
46 | EL-Islam Vol. 1 No. 1 Januari 2019
Dia dilahirkan di Makkah dua tahun setelah tahun gajah, berarti beliau lebih muda dua tahun dari Rasulullah SAW. Dia terkenal sebagai seorang berprilaku terpuji, tidak pernah minum khamr dan selalu menjaga kehormatan diri.1 Beliau digelari dengan ash Shiddiq dan al ‘Atiiq. Gelar “al ‘Atiiq” ini dilekatkan kepadanya karena ketampanan wajahnya dan tidak akan tersentuh api neraka.
Sedangkan gelar ash-Shiddiq disandangnya dikarenakan banyak melakukan kebenaran dan merupakan orang yang pertama kali yang meyakini kebenaran Rasulullah dan ajaran Allah yang dibawa oleh beliau. Pada masa jahiliyah beliau membenci minuman khamr, beliau tergolong orang kaya raya. Abu bakar pada masa mudanya adalah seorang saudagar kaya, dia yang pertama kali masuk Islam dari kalangan laki-laki dewasa dan setelah menjadi seorang muslim dia lebih memusatkan diri dalam kegiatan dakwah Islamiyah bersama Rasulullah.
Ketika berita wafatnya Rasulullah menyebar. Masalah yang pertama dihadapi yaitu masalah politik. Sejumlah tokoh Anshar dan Muhajirin berkumpul di Balai Tsaqifah bani Sa‟idah, Madinah. Mereka bermusyawarah untuk memilih siapa yang ditunjuk menjadi kepala negara. Dalam musyawarah itu terjadi perdebatan yang sangat alot karena masing-masing kelompok. Di antara dua kelompok tersebut menganggap bahwa kelompoknya yang paling pantas menggantikan Nabi sebagai khalifah. Orang-orang Muhajirin mengatakan bahwa mereka yang paling berhak menjadi khalifah karena mereka lah yang mula-mula masuk Islam dan Nabi berasal dari kalangan mereka.
Sementara orang-orang Anshar menyebutkan mereka pula yang paling berhak karena mereka lah yang telah membantu dan melindungi Nabi dari serangan kaum Quraisy pada waktu hijrah ke Madinah. Abu Bakar
1 Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam J.1. (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 393-394.
Iva Inayatul Ilahiyah, Muh. Nur Salim: Karakteristik Kepemimpinan … | 47
mengusulkan agar pemimpin baru itu dijabat oleh orang Muhajirin dan wakilnya dari kaum Anshar, tetapi orang Anshar menolak usul itu. mereka mengusulkan agar diangkat dua orang pemimpin dari dua kelompok itu. Abu Bakar tidak menerima usul itu dengan alasan bisa membawa perpecahan. Kemudian Abu Bakar mengingatkan kaum Anshar terhadap hadits Nabi yang mengatakan “Pemimpin itu dari orang Quraisy”.
Oleh sebab itu, beliau mengusulkan agar Umar bin Khathab diangkat menjadi khalifah. Usul itu tidak diterima Umar dan mengatakan jika Abu Bakar masih ada, beliaulah yang paling pantas menjadi khalifah. Akhirnya, Abu Bakar terpilih sebagai pemimpin atas usul Umar bin Khathab, ketika itu juga usia Abu Bakar 61 tahun. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam. Sehingga masing-masing pihak menerima dan membai‟atnya sebagai pemimpin umat Islam pengganti Rasulullah yang dalam perkembangan selanjutnya disebut “Khalifah” saja.
Di mana Umar dan Abu ubaidah bangkit menuju Abu Bakar lalu membaiatnya sebagai Khalifah. Setelah terlebih dahulu Basyir bin Sa‟d membaiatnya. Kemudian kaum Muhajirin dan kaum Anshar berturut-turut membaiatnya. Baiat as-Saqifah ini dinamakan Baiat al-Kashshah, karena baiat tersebut hanya dilakukan sekelompok kecil kaum muslimin, yakni hanya mereka yang hadir di as-Saqifah.
Sebenarnya pencalonan Abu Bakar itu mendapat perlawanan hebat dari kaum Anshar maupun Ali bin Abi Thalib serta pengikutnya. Kelompok Ali ini adalah benih kelompok Syi‟ah. Mereka berpendapat bahwa Ali-lah yang lebih berhak menduduki jabatan Khalifah. Alasan mereka bahwa Ali adalah kemenakan sekaligus mantu Rasulullah. Selain itu, didasarkan riwayat yang dikenal dengan hadits Ghadir Khum, bahwa Rasulullah pernah meriwayatkannya. Mereka mengajukan sejumlah riwayat tentang keutamaan Ali.
48 | EL-Islam Vol. 1 No. 1 Januari 2019
Dikatakan bahwa "Aku merupakan kota ilmu pengetahuan sedangkan 'Ali pintunya". Atau "Aku dan 'Ali ibarat Musa dan Harun" (Saqifah, 1989: 109-110). Ajaran Syi‟ah yang terkenal, yang menyatakan bahwa Rasulullah menunjuk Ali bin Abi Talib sebagai penggantinya ketika berada di Ghadir Khum tidak perlu dipertimbangkan secara serius. Peristiwa semacam itu secara inheren tidak mungkin terjadi mengingat adanya tradisi di kalangan bangsa Arab untuk tidak menyerahkan tanggung jawab besar kepada orang-orang muda dan yang tidak diketahui dengan pasti kemampuannya.
Perlu dicatat bahwa Ali bin Abi Thalib tidak hadir dalam pertemuan itu karena sibuk mengurusi pemakaman Nabi Muhammad SAW. Dan ia tidak segera memberikan bai‟atnya kepada Abu Bakar kecuali 6 bulan kemudian, setelah istrinya Fatimah, puteri Nabi Muhammad SAW meninggal dunia. Tetapi bagaimana pun juga Abu Bakar adalah orang yang paling tepat menggantikan NabiMuhammad SAW. Mengingat prestasinya dalam tiga hal yang tidak dimiliki oleh sahabat lainnya. Pertama, sebagai orang yang pertama masuk Islam dari kalangan dewasa. Kedua, menemani Nabi sewaktu hijrah ke Yatsrib. Ketiga, satu-satunya orang yang ditunjuk oleh Nabi menjadi imam shalat ketika beliau sakit.
Ada tiga golongan pembangkang yang muncul sepeninggal Rasulullah, yaitu orang-orang murtad, orang-orang yang enggan membayar zakat dan Nabi-nabi palsu. Orang-orang murtad muncul di Bahrain, sedangkan orang yang tidak mau membayar zakat kebanyakan terdapat di Yaman, Yamamah dan Oman. Adapun Nabi-nabi palsu muncul di Yaman (al-Aswad), Yamamah (Musailamah), Arabia selatan (Thulaihah), Arabia tengah (Sajah). Yang terakhir ini paling banyak pengikutnya, apalagi dia menikah dengan Musailamah. Di lihat dari letak geografisnya, hanya Hijaz yang tidak ketularan wabah kaum penyeleweng itu. Munculnya kaum penyeleweng ini disebabkan karena mereka belum memahami Islam secara benar, selain itu ada ambisi pribadi.
Iva Inayatul Ilahiyah, Muh. Nur Salim: Karakteristik Kepemimpinan … | 49
Hal ini dapat dimengerti karena banyak di antara mereka yang baru masuk Islam satu atau dua tahun sebelum Nabi Muhammad SAW. wafat. Hal itu tidak terjadi pada penduduk Hijaz. Untuk menghadapi kaum penyeleweng itu, Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat terkemuka. Diputuskan bahwa semua kaum penyeleweng itu harus diperangi sampai mereka kembali kepada kebenaran. Kemudian Abu Bakar membentuk 11 pasukan, antara lain dipimpin oleh Khalid bin Walid, Amr bin al-Ash, Ikrimah bin Abi Jalal dan Surahbil bin Hasanah. Kepada mereka dinasehatkan agar hanya menyerang orang-orang yang menolak diajak ke jalan yang benar. Perang ini disebut dengan “Perang Riddah” (perang melawan kemurtadan).
Setelah Khalid bin Walid berhasil menumpas pemberontakan dalam negeri, dia dikirim oleh khalifah Abu Bakar memperkuat pasukan Mutsanna sehingga menjadi 10.000 pejuang dan sekaligus mengangkatnya sebagai panglima baru. Sementara itu, pasukan yang dikirim ke utara menemui kesulitan dalam menghadapi tentara Bizantium. Khalid diperintahkan pula untuk memperkuat pasukan mereka. Setelah menyerahkan pimpinan kembali ke Mutsanna, Khalid secara dramatis mengarungi gurun padang pasir selama 18 hari dengan 800 tentara sampai di Syam dan memegang komando dari 4 pasukan yang sudah ada di situ dan kini mereka berjumlah 30.000 orang. Pertempuran pertama terjadi di Ajanadin, 30 Juli 634 M, dan dimenangkan pihak Islam. Dengan kemenangan ini akhirnya Abu Bakar dapat menundukkan seluruh jazirah dan berhasil menumpas pemberontakan kaum murtad.2
Dalam misi menyebar luaskan wilayah pemerintahan yaitu dilakukan dengan penaklukan kota Damaskus atau Syam (Syuriah Raya-penerj). Nama Suriah diambil dari kata Asyuriyyah, yang dinisbahkan pada bangsa Asuriah,
2 A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam. (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1990), 233.
50 | EL-Islam Vol. 1 No. 1 Januari 2019
walaupun beberapa menolak ini.3 Selain penaklukan Damaskus dalam pemerintahan Abu Bakar juga menaklukkan Irak. Ketika pasukan Islam sedang berada di luar kota Abu Bakar sakit selama satu minggu Pada saat sakit itu, dia bermusyawarah dengan para sahabat terkemuka, yang berhasil menetapkan penggantinya Umar bin Khathab sebagai khalifah kedua. Abu Bakar meninggal dunia dalam usia 63 tahun beberapa bulan, setelah memerintah sekitar dua tahun.
Selain usaha perluasan wilayah Islam, beliau juga berjasa dalam pengumpulan ayat-ayat Al-Qur‟an yang selama ini berserakan di berbagai tempat. Usaha ini dilakukan atas saran Umar bin Khattab. Pada mulanya beliau agak berat melakukan tugas ini karena belum pernah dilakukan oleh nabi. Akan tetapi 'Umar banyak mengemukakan alasan. Di antara alasannya adalah bahwa banyak sahabat penghafal Al-Qur‟an gugur di medan perang dan dikhawatirkan akan habis seluruhnya. Pada akhirnya Abu Bakar menyetujuinya.
Untuk selanjutnya ia menugaskan Zaid bin Tsabit untuk mengerjakan tugas pengumpulan itu. Abu bakar sebagai seorang sahabat nabi yang berupaya meneladani beliau berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Untuk itu ia membentuk lembaga Bait al-Mal, semacam kas negara atau lembaga keuangan. Pengelolaannya diserahkan kepada Abu Ubaidah sahabat nabi yang digelari Amin al-'Ummah (Kepercayaan Ummat).4 Pada masa Abu Bakar, kegiatan bait al-mal masih tetap seperti pada masa nabi Muhammad SAW. Pada tahap awal Abu Bakar menjadi khalifah, dia memberikan 10 dirham kepada setiap orang. Lalu pada tahap kedua, dia memberikan 20 dirham untuk perorangan.5
3 Philipe K. Hitti, Tarikh Suriyyah wa Lubnan wa Filisthin. (Damaskus: tp, tt), 62-63.
4 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. (Jakarta: PT Ichtiar Baru Von Hoeve, 1994), 40.
5 Ibid., 222.
Iva Inayatul Ilahiyah, Muh. Nur Salim: Karakteristik Kepemimpinan … | 51
Jasa-jasa Abu Bakar yaitu Setelah menjabat sebagai khalifah maka beliaulah yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh negeri Islam dan wilayah kekhalifahannya sepeninggal Rasulullah SAW. maka tercatat sejumlah reputasi beliau yang gemilang di antaranya:
a. Instruksinya agar jenazah Rasulullah SAW. diurus hingga dikebumikan.
b. Melanjutkan misi pasukan yang dipimpin Usamah yang sebelum-nya telah dipersiapkan Rasulullah SAW. sebelum wafat, sebagaimana kelak akan diterangkan secara rinci.
c. Kebijakannya menyatukan persepsi seluruh sahabat untuk memerangi kaum murtad dengan segala persiapan ke arah itu, kemudian instruksinya untuk memerangi seluruh kelompok yang murtad di wilayah masing-masing.
d. Pengiriman pasukan untuk menyebarkan Agama Allah kepada bangsa-bangsa yang bertetangga dengan kaum muslimin baik kepada penduduk Persia maupun penduduk Syam, dalam rangka merealisasikan firman Allah SWT.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Karakteristik Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Siddiq"

Posting Komentar